Wednesday, February 20, 2013

kudabesi ideal libas 201m


BARBIE EMPUK,,DI_DRAG BIKE



Empuk-empuk, eh, tebak buah empuk yuk. Dia mesti pakai blush on pipi ada maskara dan seperti singkong dikupas (putih), bersih dan cantik. Pasti… umbrella girl!!  Salah!! Coba mampir ke paddock Wahana Baru Motor Bandung, di situ tuh si empuk, Indri BarbieMojang Bandung… yah mirip peuyeum Bandung.Tapi jangan main-main dengan si empuk inidia joki profesional, lho?

“Awalnya suka lihat drag bike. Lama-lama ingin juga turun,” lagi-lagi Barbie yang memang mirip boneka Barbie ini punya suara empuk. Hasilnya, juga empuk. Puntiran jari lentiknya yang empuk, memelintir gas matic yang kenyal. Persaingan keras di kelas empuk, motor bertransmisi CVT itu pun dibikin empuk.

Nggak tahu, dari tadi kok empuk-empuk mulu. “Prestasi tertinggi di FFA matik, dapat juara 1 saat di Brigif, Cimahi,” kata pelajar kelas akhir SMA Pahlawan Toha, Bandung itu. Hati-hati neng, aspalnya keras, lho, nggak empuk. Takutnya bisa lecet lho.
Sirkuit kerap heboh ketika kelahiran 25 Juli 1994 ini igin coba motor di mana pun dia ikut drag bike. Penuh sesak penonton di pit gara-gara mau lihat Indri. Ah.. dasar wanita, bisa saja bikin keras persaingan dengan kelembutan. Apalagi batangan, maksudnya lelaki. Indrie seperti masuk di sarang penyamun. Mauh ah, jadi penyamun. Ya, penyamun cinta... hehehe. 
Kalau drag biker laki kalah, boleh bertarung ala Barbie. Pakai wig, blush on, maskara dan sedikit perona bibir. Apalagi balap matik yang aslinya buat perempuan. Siapa tahu lekong bisa menang. Tareeeeek... eh, emmmmmpuk... 
Memang begitu dragbike sekarang, seperti  punya idola baru dengan ikutnya Indrie. Indrie yang bernama lengkap Indri Nurlia Sari Resmana ini, sudah layaknya seperti artis balap drag. Doi berani gaspol motor untuk kelas Matic Tune Up s/d 155 cc. Aksinya ini dapat big applause dari penonton. Kelar balap, banyak penonton ingin foto bareng.


 







YAMAHA F1ZR LIBAS 201m 

RAMUAN NDESO

Di luar karburator Mikuni Sudco 34, reed valve V Force 3 dan perangkat pengapian YZ 125, motor berkelir putih ini sangat sederhana. Yah seperti soto Kadipuro yang cuma berisi perkedel, karena ayamnya dimakan terpisah. Soal rasa, lain cerita.  Power enggak bohong. Di-dyno tembus 35 dk lebih pada 13.508 rpm! Artinya, kokinya dengan bumbu senderhana, tetapi kenikmatannya pas. Mari disimak.


KEPALA SILINDER

Riset kepala silinder terbilang cukup lama. Padahal mesin 2-tak nggak rumit-rumit amat. “Ternyata dengan perbandingan kompresi sama, tetapi bubutan head beda, hasilnya juga lain,” kata Kosmiyanto sang mekanik.
Alasannya, tidak semua pisau bubut akan mengerjakan dengan sempurna permintaan mekanik. Ya, jangankan pisau bubut, cetakan pabrik saja, punya nilai toleransi kesalahan. Pabrik juga tidak menjamin 100 persen presisi. Apalag pisau bubut yang mereknya macam-macam, juga orang yang pegang alatnya punya kemampuan berbeda?
Menurut C-Plex  - panggilannya - kepala silinder F1ZR standar, paling pas dibubut 3,5 mm. Lalu dibikin squis 150 selebar 8 mm dengan volume ruang 10,8 cc. “Tapi ingat, meski volume sama 10,8 cc tapi kalau bubutannya beda, hasilnya beda. Itu pintar-pintar mekanik menyesuaikan dengan setingan yang lain,” tutur C-Plex  yang mengganjal ulang pantat blok agar piston tidak kejeduk kepala silinder.

SILINDER BLOK

Soal ini agak ekstrem. Pertama silinder dikorek lubang buangnya. Jarak lubang buang dari bibir silinder jadi 25,5 mm. “Lalu bibir silinder 'dicolek' lagi 0,8 mm,” lanjut pria berkacamata minus itu.
C-Plex sangat hati-hati mengorek lubang buang. Lebar dibikin 40 mm, sedang jarak terlebar dan tertinggi dibikin 5 mm. Jadi hasilnya mirip celana dalam kalau dilihat dari belakang. Asal bukan yang model bikini. Lubang transfer dan bilas diangkat hingga 39 mm dari jarak awal bibir silinder 42,5 mm.


TAMBAL CRANKCASE DAN KNALPOT SPESIAL

Harusnya, ramuan silinder seperti itu susah banget bawanya. Salah ngeset rpm waktu start dijamin ngook! Kenyataanya enggak begitu.  Resepnya, memadatkan kompresi primer. “Area crank case ditambal plastic seal, reaksi mesin jadi spontan,” tambah pebengkel di  Sorogenen, Kalasan, Yogyakarta itu.
Selain itu, hitungan knalpot juga sangat presisi. “Diameter pipa saringan knalpotnya dikecilin lagi. Dari awal 22 mm sekarang 20 mm,” ujar Thonto dari Creampie Exhaust yang kebagian riset knalpot tanpa menyebut volume keseluruhan kenalpot.
Creampie dipercaya karena hitungannya matang berdasar buku Two Stroke Engine Tuning bikinan Graham Bell. Selain itu, pengrajin knalpot di Jln. Wonosari itu juga mampu menganalisa mesin dengan kebutuhan knalpotnya. “Mesin kurang bagaimana, knalpotnya bisa disesuaikan. Di 2-tak, kenalpot berperan 30 persen.”


SASIS MUMPUNI
Enggak banyak mekanik drag bike peduli sosal sasis. Padahal dengan power yang cukup besar, jelas peran sasis utama. Salah satu kerugian ketika start adalah motor liar saat terkena power. Waktu tempuh jadi melorot.
Untung ada Bang Goy. Sok depan dan belakang dapat sentuhan dari pemilik bengkel sokbreker SSS itu. Sekarang motor tak liar, justru hanya amblas ketika ban belakang menyalurkan tenaga besar. “Gara-gara sokbreker Bang Goy, waktunya turun drastis!” lanjut Thonto.

TURUN 3 KELAS
Karena mesinnya cuma oversize 100, maka motor ajaib ini sering turun di 3 kelas sekaligus. Kelas 110 cc, 125 cc dan FFA. Sudah hampir pasti, motor yang dijoki Veronica Putra Mbothet itu merajai kelas 110 dan 125. “Kalau enggak banyak motor jagoan yang time-nya 7,5 detik turun, kita turun di FFA,” kata Mbotet.
 C-Plex juga enggak pelit ilmu. Kalau ada yang mau bikin dengan kemampuan setara motor ini sediakan saja duit Rp 17 juta. Silahkan miliki satu motor buat 3 arena!


ninja'nya EKO_CHODOX bikin ngiler

best'time 6,9 detik 201m 


ManiakMotor –  Pakai piston KDX diameter 66 mm dan langkah piston standar (54,4 mm)  Kawasaki Ninja 150 RR dipacu Eko Chodox, dapat 180 cc. Volume ini yang memompa Chodox  melompati FFA dragbike, di mana pun event 201 meter dia ikut.  Di Pertamina Dragbike (PD) Senayan baru lalu, dicetak  6,971 detik.
Katanya sih, catatan begitu sudah pernah dan bahkan lebih kilat. Sesuai data tiga seri PD 2012, catatan itu yang tercepat di event tersebut.  Sekali lagi, hanya untuk seri PD.
Diameter piston bertambah, ruang silinder membesar yang disebut bore-up. Boleh  menampung bahan bakar lebih banyak atau volumetriknya naik. Hasilnya, adalah power. “Pakai piston KDX harus ganti liner, karena standar Ninja tidak boleh dikorter. Penyesuaiannya dikerjakan pisau bubut di bengkel,”  kata Muhammad Yusron Supriyanto.
Yusron adalah mekanik Kickstart Baitech dari Bandung, Jawa Barat, pengorek Ninja yang dipacu Chodox. Tapi dia keberatan sebut lebih detil soal liner. Itu dapur bengkelnya. Iya, masak sih hanya kenalpot Ninja yang ngebul, dapur benaran harus ikut ngebul juga dong. Bisa diusir istri dari rumah dia, kalau gak berasap-asap.
KOMPRESI
Ninja ini memang banyak rahasia. Misteri! Atau memang yang kurang gaul, ndak bisa mengorek keterangan. Dasar web baru, katro! Katanya kompresi 6,8:1. Itu sih standar Ninja 150 RR yang disiram bensin.  Logikanya dengan bahan bakar bensol di dragbike, kompresi harusnya di atas itu. Toh, kebutuhannya hanya untuk trek lurus.
“Saya juga nggak bisa kasih ukuran buret head dan celah atau nat deck clearace kepala silinder. Cuma squis 12º. Lebar lubang buang 42 mm (trapesium) dan tinggi lubang buang 29,9 mm,” tambah Yusron seperti bermatematika. Haha, makin gelap rumus mencari kompresi, seperti cat hitam Ninja si Chodox. Hasil buret dalam pengukuran kompresi disebut combustion chamber (vc) yang harus ada angkanya.  
Tinggi lubang buang menyusut 5,1 mm dari standar, bisa jadi kompresi memang segitu. Kan angka stroke dalam kompresi 2-tak ala Jepang, dihitung dari bibir lubang buang (s). “Kompresi segitu, cocok buat saya. Momentum rpm-nya pas. Jika lebih tinggi atau rendah, feeling meleset,” jelas Chodox yang aslinya dari Semarang, Jateng itu.
MASUK-KELUAR
Suplain bahan bakar dilayani karbu Keihin PWK Sudco 38 mm. Karbu gambot ini disetting dengan main-jet  175 dan pilot-jet 60. Komposisi  itu  tidak banyak berubah intervalnya setiap ganti sirkuit.  
Kecepatan  bahan bakar dilayani reed vale V-Force3 bersama rumahnya. Inilah katup buluh tercanggih saat ini yang bekerja efisien lantaran pakai lidah karbon. Ditambah crank-case atau ruang kruk-as ikut dipadatkan dengan menambal ruang-ruang kosong. Hasilnya kompresi bawah atau kompresi awal lebih kuat.
Sudut-sudut lubang inlet semuanya mengarah  satu titik pada kepala silinder. Kan itu fungsinya squis, dia menyambut aliran kabut dari lubang transfer dan bilas. Lalu diantar ke ruang bakar terpusat di kubah head dan saat sama dikompresi piston. Sama dengan pantat silinder dibentuk sisi-sisinya tajam jadi satu arah dengan transfer, bilas dan squis.
Semua berhubungan, termasuk kenalpot KDX di Ninja Chodox yang keluar dari kiri. Di mesin dua langkah, 30 persen kinerja mesin ditentukan kenalpot. Untuk penggemar Ninja kebut-kebutan, jelas KDX telah teruji mengolah tubelensi gas buang yang matang dan mentah.  
Bisa dibayangkan dengan speksifikasi di atas, buka tutup katup Super KIPS, malah jadi penghambat dibanding permintaan ruang bakar. Saat start saja, Chodox butuh di atas 6.000. rpm. “Makanya fungsinya dimatikan. Mubazir,” lanjut Yusron.
BAN IRC EAT MY DUST
Ban IRC Eat My Dust memang lagi populer di kebut lurus. Komponnya pas menerima tenaga yang gila-gilaan di FFA. Di kelas bebas saja mampu meneruskan daya, apalagi di kelas di bawahnya. “Rata-rata belakang menggunakan ban itu. Karena kualitas komponnya bagus dan ukurannya pas,” imbuh Chodox.








DATA MODIFIKASI
CDI                                         : Standar Ninjaa 150 RR
Magnet pengapian              : Standar korek (900 gram)
Perbandingan gir                 : 17/35
Sokbreker  belakang           : Gazi
Ban depan                            : IRC Eat My Dust 50/90-17
Ban belakang                       : IRC Eat My Dust 60/70-17
Sokbreker belakang            : GAZI




1 comment:

  1. 1xbet korean | Top Sports Betting Sites 2021
    1xbet korean. septcasino 1xbet korean. 1xbet korean. 1xbet korean. 1xbet deccasino korean. 1xbet 1xbet korean. 1xbet korean. 1xbet korean. 1xbet korean. 1xbet korean.

    ReplyDelete